BAB 61 : MBA NINING



Hamparan awan putih bergerombol menutupi bumi. Bergumpal-gumpal berjalan berirama terbawa arus sang angin langit. Ku tatap kagum hamparan itu melalui jendela bening berlapis dua sambil ku terduduk termangu berdiam bisu. Membisu menatap keluar jendela penuh kagum. Memandang luasnya angkasa tak bertepi. Pemandangan berseni tinggi yang hanya bisa di lihat orang bersayap besi.
Yahhhh. Akhirnya aku menembus langit. Terbang melebihi tingginya awan bagai mengambang tak bergerak, yang nyatanya melesat cepat bagaikan kilat. Mengendarai sepeda motor berkecepatan 100 km/jam saja sudah melayang, apalagi si burung besi ini. Terbang melesat hampir 850 km/jam dengan ketinggian jelajah 37 ribu kaki. Kekagumanku tak terbatas. Sungguh di luar mimpiku. Aku bisa setinggi ini. Aku bisa di atas awan. Aku bisa terbang. Aku bisa menembus langit.

“Haii yok. Jangan bengong aja. Ayo temenin aku makan sini.” Suara halus menandakan betapa cantik sang empunya. Wanita muda bertubuh padat berisi. Berkulit putih halus berambut pendek di belakang leher, tapi runcing panjang di setiap sisi kanan kiri. Berlancip menutupi pipi. Inilah potongan bob nungging ala Pramugari. Yaahhh. Mba Nining. Wanita cantik yang menjadi teman satu groupku di kala terbang. Wajah bulat dengan paras halus tak bernoda. Wulan guritno. Yaaahhh. Inilah perawakan yang serasi. Apalagi apabila di sejajarkan, dia akan sangat mirip dengan artis ini. Sangat memikat penuh pesona.

“Iya Mbak terima kasih. Mba makan dulu saja, biar saya standby sambil menikmati langit. Takut nanti ada pax call.“ Jawabku penuh kehalusan kata.

Setelah di nyatakan lulus oleh Mba Rossi, akupun di release terbang dan bekerja sebagai Pramugara aktif. Bukan berstatus training lagi. Aku di tempatkan satu group dengan Mba Nining. Senior cantik berhati baik bertubuh sexi ga nahan amit. Aku bangga bisa mendampinginya. Menjadi rekan kerjanya. Berkali terbang aku terus di bimbingnya. Berkali membuat kesalahan, beratus kali dia sabar membenarkan.

“Mba, Maaf ya mbak, aku mau memuji mbak. Wajah mbak tuh mirip banget sama wulan guritno. Cantik banget.“ Ucapku sambil sedikit tersipu malu.

“Aahhhh gombal gembel kamu yok. Pasti ada maunya. Muja-muji aku.“ Sangahnya sambil terus melahap makanannya.
“Beneran mbak. Cantik banget. Aku aja sampai deg-degan ser-seran kalau bertatapan mata. Gak kuat memandang wajah dan mata mbak. Apalagi kalau pas senyum. Sumpah mba, bikin aku tenang. Ga makan satu minggu juga aku kuat mbak asal terus di senyumin mbak. Aku juga rela deh di tamparin mbak bolak-balik sampai terbalik asal sesudahnya mba mau menciumku hahahahhaahahaha.“ Kelakarku di sertai tertahannya suapan makanan ke mulut karena tertawa dia mengakak sambil terselak.

“Hahahahahhahaa….. dasar kamu ya cowo nakal, bisa aja menggoda wanita. Ehh inget aku ini seniormu. Jangan kurang ajar yaaa.” Sanggahnya sambil terus senyam senyum sedikit tertawa geli.

“Mana berani saya kurang ajar sama senior cantik seperti mbak, yang ada malah saya siap di hajar dengan jurus membanting di ranjang …hahahahhha…” Candaku penuh ngakakan.

“Saya rela babak belur mbak. Saya rela bengkak memar asalkan mba mau sedikit memberi rasa sayang mbak buat saya…hahahahaah.“ Terus aku menggoda dan merayunya sambil di ikuti cekakakannya. Jurus kegombalanku mulai tepat kena sasaran, dia sangat terhibur penuh tawa terpingkal-pingkal.

“Eh yok, buka matamu. Banyak cewek cantik di luar sana yang lebih dari aku. Kamu aja yang kurang pergaulan. Taunya Cuma aku terus. Lagian aku ini mau nikah. Doain semua lancar yaaa.” Ucapnya berpengharap.

“Yahhhh. Mau nikah ya mbak. Patah hati dong aku. Ya sudah mbak. Kalau tidak dapat gadisnya, jandapun aku siap menerima …..wkwkwkkwkk.” Rayuanku yang garing membuat Mba Nining ngakak terbahak.

“Sialan kamu ya yok. Junior tak tau diri. Ngarepin aku jadi janda yaaa. Dasar lelaki penggombal.“ Ledeknya sambil mencubitiku penuh gemas.

Asyiknya obrolan kami membuat kami sangat merasa nyaman. Mba Nining suka dengan kegombalanku yang selalu membuatnya tertawa dan aku bahagia menikmati kecantikannya yang memberiku racun semangat untuk bekerja giat.
Kami seperti para pengembara yang ingin segera mengakhiri perjalanan panjang ini. Perjalanan tanpa rintangan. Melaju kita, tapi bak jalan di tempat. Melihat bawah laut tak berdarat. Sesekali kami tenggelam ke dalam suasana gelap penuh getar. Di luar pekat putih tampak gulita. Inilah yang di sebut Diving in the sky. Suatu masa dimana pesawat akan menyelami gulungan awan tebal nan besar bagai raksasa dengan mulut lebar siap menelan dan menerkam aapapun yang melewatinya. Berbulan-bulan aku terbang dengan Mba Nining. Aku sudah jarang bbertemu dengan Ratih dan para sahabat perempuannku batch 14. Kami hanya berbincang melalui telepon dan ber-sms ria. Mendengarkan keluh kesah Ratih mengenai masalah dengan penumpang dan para senior yang bersikap kelebihan batas, keletihannya tak kala selesai terbang dan cerita hal lainnya.

5 hari terbang, 1 hari libur dan 1 hari standby. Ku habiskan setiap 5 hariku bersama Mba Nining, Mba Rika dan Yeremi. Satu hari libur dan satu hari terbang revise bergabung dengan group yang lain apabila ada yang sakit. Mba rika selalu berpasangan dengan Mas yermia dan aku bertugas di belakang bersama Mba Nining. Bersama kami mengarungi kota-ke kota. Ketika waktunnya kami RON, segera kami melanglang buana menjelajahi isi kota itu. Belanja, hunting kuliner dan menghabiskan malam diringi live music dan dentuman Dj malam. Sangat menyenangkan.

Hidupku kini sangat penuh warna. Setidaknya ini adalah kehidupan kerja yang jauh lebih baik di banding laluku. Bekerja di dunia yang berkelas, gaya hidup tinggi, penuh tantangan dan gairah penuh semangat. Selalu di kelilingi wanita yang berdandan mahal, terbalut seragam dengan bentuk tubuh berlekuk sexi yang selalu menimbulkan aura jahat untuk menyiksanya di ranjang empuk.
Suasana kerja yang sangat kekeluargaan. Team kerja yang hebat. Mba rika , Mas yeremi dan yang paling menjadi rekan kerjaku nan terindah. Mba nining.
Terima kasih Mba nining….terima kasih atas kenyamanan ini.







Mba Nining suka dengan kegombalanku yang selalu membuatnya tertawa dan aku bahagia menikmati kecantikannya yang memberiku racun semangat untuk bekerja giat.

…Menembus Langit…


Tidak ada komentar:

Posting Komentar