BAB 53 : WANITA BERKUDA



Jam 7 tepat aku terbangun. Sungguh ini tidur terindah yang pernah aku tiduri. Kalau saja alarm ini tak mengumandangkan perang di telingaku, aku akan terus menikamati tidurku ini sampai matahari menyengat diri. Bayangkan saja, tidur di atas empuk berguling lembut berbantal halus, dinginnya kabut masuk leluasa menyelimuti tebalnya selimut. Merayap mengendap perlahan menusuk si kulit ari. Menggodaku untuk terus meringkuk berselimut diri. Aahhhh. Tidur yang istimewa.

Akupun ke kamar mandi untuk membasuh diri. Dinginnya tempat ini benar sangat memalaskan aku untuk mengizinkan si air dingin menyiramiku. Kuputar putar si kran bundar. Mencari saluran air yang katanya bisa mengalirkan hangat bahkan panas. Kumpalan asappun meluap dari uap air hangat, mengepul bebas memberi hawa hangat. Akupun menenggelamkan tubuh telanjangku ke dalam bak mandi putih mencoba memanja diri. Merasakan bagaimana cara bergaya ala orang kaya. Mandi busa bertaburkan aroma wangi. Berselonjor kaki memejamkan mata. Mengandai ada wanita sexi bertelanjang diri. Memijat kakiku dengan lentik jemari nan lincah menari. Telapak halus merabaku penuh rasa. Membangkit gairah ingin bersenggama bersama dia yang liar menggoda. Oohhhhhh aaahhhhh. Wanita nakal itu mendudukiku penuh nafsu. Menancap di tonggakku dan terus di goyangnya aku. Bergaya menggaruk bak kapal keruk, memutar-mutar bagai gangsingan sampai naik turun bercelap-celup.

Aku benar sungguh di siksanya. Rambut panjangnya basah terurai berarakan. Disibakkan ke kanan, di lempar pula ke kiri. Giginya beradu kuat menahan jerit. Sesekali mendesah, berkali kali menggeram. Dua bulat putih di dada bagai papaya berkuncup merah melonjak lonjak liar naik turun menghasut mataku untuk mendaratkan dua telapak tangan mencengkeram si dua gundukan.
Si tonggak kayu yang sudah tercebur ke dalam lubang hangat berbulu lebat semakin menjadi batu. Ototnya semakin bermunculan bagai akar liar sebuah pohon rindang. Menjalar serasa ingin terpecah. Makin lama makin mengalir suatu aliran menuju ujung langit. Terus mengalir aliran itu semakin ke atas dan tak terbendung dan akhirnya, ”Duuuaaarrrrrrr.” Meletuslah cairan lahar putih mengalir hangat tertumpah ruah di danau berbukit hitam berbibir lembut. Membasah ke permukaan. Meregangkan otot yang tegang menjadi gemetaran. Ahhhhh lega. Enaknya jadi orang kaya. Puas mempunyai wanita berkuda…
Ciat ciat ciatttt…haiyaaaa


Wanita nakal itu mendudukiku penuh nafsu. Menancap di tonggakku dan terus di goyangnya aku. Bergaya menggaruk bak kapal keruk, memutar-mutar bagai gangsingan sampai naik turun bercelap-celup.

…Menembus Langit…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar