BAB 45 : ILMA

kaca besar berbaris gagah mengitari setiap sisi dinding.Wajah-wajah mahal terbias memantul dari kaca berkesan sangat berkelas tinggi. hanya ada satu wajah lesu tanpa cerah, duduk diam berpura membaca buku. menyibuk diri menghibur hati. berharap segera lupa berpuluh cerca hina yang baru saja di terima. Yah.tak ada duanya.Akulah wajah tanpa cerah itu.Badan berminyak telon.

Kelaspun segera di Mulai. Dr. Amar,Seorang ber-tubuh gempal, rambut dikepala lima centimeter, kumis tebal berkacamata bulat. Memakai seragam biru langit berlabelkan dinas perhubungan.Menjelajah matanya memandangi kami. Duduk genit di atas meja mengayun kaki.

“Selamat pagi semuanya. Apa kabar?” Salamnya dengan nada lucu dan sangat ramah.
"Perkenalkan nama saya Amar. Berhubung profesi saya Dokter, maka saya sering di panggil Dokter Amar. Mungkin kalau profesi saya germo, saya akan di panggil germo Amar. " Spontan ucapan Dr. Amar ini di sambut gelak tawa karena pembawaannya yang santai tapi lucu.

"Baiklah sebelum kita mempelajari how to be first aider. Saya ada pertanyaaan terlebih dahulu. Apa bedanya lelaki normal sama banci. " Tanya si dokter.
Pertanyaan fenomenal ini di jawab antusias oleh teman temanku dengan bermacam jenis jawaban.

"Kalo siang namanya wahyudi dok tapi kalo malam namanya wahyuni." Jawab wacik di sertai gelak tawa ngakak seisi ruang kelas karena menyindir salah satu teman kita yang kebetulan namanya wahyudi juga.
Ada Jarot, Bagus, Ilma , Rudi, Ratih dan Anggi. Semua memberi jawaban yang lucu dan berbeda. Tapi semua itu masih di rasa kurang benar di mata dokter amar.

"Jawaban yang paling benar untuk membedakan lelaki normal dengan banci adalah kalo lelaki normal kentutnya bunyinya pret, tut atau dhuuttttt. Tapi kalo banci kentutunya bunyinya Pohhhhh."
Kelas menjadi sangat gaduh dan meledak ledak, bagai alarm kebakaran mengiung-ngiung. Sangat ramai penuh ngakak. Cara dokter amir mencontohkan kentut si banci sangatlah lucu. Mulut mangap, terbuka lebar sedikit agak di monyongkan dan "pooohhhh". Sungguh sangat lucu.
Tawa ngakak masih terus mengetarkan ruangan ini. Dr. Amar hanya tersenyum saja melihat tingkah polah kita. Aku sendiri sangatlah terhibur. Seperti hilang bebanku. Sangat enteng dan bahagia lepas penuh ceria. Pelajaranpun segera di mulai. Keseriusan sudah terpaut di raut wajah kita.

"Setelah puas tadi kita tertawa, sekarang saya minta anda semua untuk serius mendengarkan apa yang saya sampaikan."
Dr. Amar terlihat berubah menjadi seorang yang tegas dan berwajah kaku tanpa sedikitpun tersirat aura Lucu yang baru beberapa menit lalu kita lihat dan kita rasa. Sungguh luar biasa orang ini. Hebat sekali bermain peran. Dalam sekejap sudah bisa memerankan pribadi yang berbeda. “Jangan-jangan si Dokter ini juga seorang bintang sinetron." Gumanku mengagumi kehebatannya dalam mengontrol diri.

“Pelajaran mengenai First aid ini dalam bahasa kita di sebut P3K yaitu penanggulangan awal yang di berikan kepada seseorang yang mengalami cidera atau sakit yang bersifat mendadak dimana dokter atau anggota medis tidak ada. Tujuannya adalah untuk menyelamatkan jiwa, mencegah kondisi memburuk dan menunjang penyembuhan.”

Dr. Amar terus menerangkan bermacam hal mengenai bagaimana kita harus menolong orang dari mulai langkah-langkah awal sampai melakukan identifikasi. Memeriksa nafas apakaah terlihat sesak. Bila tidak bernafas segera di berikan bantuan pernafasan.

“Sebelum memberikan bantuan pernafasan kita harus melakukan metode membuka jalur pernafasan yaitu dengan mengangkat dagu dan menekan dahi dan selanjutnyalah kita melakukan istilah CPR yaitu metode memberikan bantuan pernafasan dan memompa dada”.
Dr. Amar terlihat mengambil boneka peraga dan sedikit mencontohkan cara memberikan bantuan pernafasan. Di saat Dr. Amar melakukan simulasi itu, terdengar beberapa cekikikan dari suara wanita di kelas ini.

‘’Siapa itu yang tertawa ?‘’ Dr. Amar berteriak keras dan terlihat sangat emosi tingkat tinggi. “Saya sedang mengajarkan ilmu penting kepada kalian tapi malah cekikikan. Ayo jawab siapa tadi yang tertawa?”
Dr.Amar terlihat sangat marah. Suasana kelas berubah mendung bersambar kilat. Beberapa kali menggelegar membawa aura ketakutan.
“Ayo mengaku dan keluarlah dari ruangan ini. Jangan ikut pelajaran saya atau kalau tidak ada yang mengaku saya yang akan keluar dari ruangan ini.”Wajah Dr. Amar terus menunjukkan kekesalan, amarah dan pancaran kekesalan yang hampir tidak terbendung.

“Kenapa si Dokter ini?” Gumanku. Kenapa dia berubah menjadi sosok yang antagonis dan tidak bersahabat. Dia tinggal bilang untuk selalu serius dan jangan bercanda. Aku rasa itu saja sudah cukup untuk memberi peringatan. Kenapa seolah di dramatisir seperti sebuah hal yang berbau pelecehan atau ejekan penghinaan. Hilang sudah respectku dengan dokter yang menurutku sudah keterlaluan dan berlebihan ini.

“Mohon maaf Dok. Saya yang tertawa tadi tapi saya tidak bermaksud untuk tidak serius.” Entah kenapa dan mengapa tiba-tiba aku mengacungkan jari dan mengakui bahwa akulah yang cekikikan walau sebenarnya bukanlah aku.

“Hi jangan sok jadi pahlawan kamu. Saya tahu bukan kamu yang berbuat. Kamu pikir saya bodoh hah. keluar kamu dari pelajaran saya ini dan jangan berharap kamu bisa terbang!” Di tunjuk-tunjuklah aku dan di marahi sampai akhirnya aku di minta keluar dari kelas ini dan di ancam tidak akan bisa lulus. Waduhhhh kasussss.
Dengan hati bimbang, akupun keluar dari ruangan ini penuh kekhawatiran. Puluhan Tanya tersirat di otak, bagaimana kalau ancaman ini benar terjadi. Bagaimana nasibku, akankah aku akan gagal.
Di sela kesendirianku di ruang tunggu, tak lama wanita paling cantik di kelasku terlihat datang menghampiriku dengan wajah sedih mata penuh linang basah.

Ilma. Yah dialah teman sekelasku yang sangat anggun luar biasa. Aura sedih yang terpancar di wajahnya menambah kecantikkannyabegitu alami. Sungguh indah mahluk ini.

“Yooo maafin aku sudah membuat kamu di usir dari kelas.“ Tiba-tiba ilma menangis dan merengkuh tanganku untuk meminta maaf.
“Andai aku mengaku dari awal kalau aku yang cekikikan, mungkin kamu ga akan di usir begini. “
Isak Ilma terus berjatuhan menghancurkan mascara hitam lentik yang terhias indah di bulu matanya. Rerontokan butiran hitam itu berjatuhan di sekitar matanya. “Aku tau niat kamu untuk melindungi aku dan teman sekelas agar bisa terus belajar. Sekarang apa akibatnya buat kamu Yo? kita berdua terancam gagal training.” Tangisan Ilma makin menjadi.


“Andai aku mengaku dari awal kalau aku yang cekikikan, mungkin kamu ga akan di usir begini. “
Isak Ilma terus berjatuhan menghancurkan mascara hitam lentik yang terhias indah di bulu matanya. Rerontokan butiran hitam itu berjatuhan di sekitar matanya.

...Menembus Langit...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar