BAB 44 : MINYAK TELON



"Abis abis abisssss. Ayo terminal terminal ". Suara kenek patas 22 menyadarkan tidurku. Sampailah aku di terminal Kalideres dengan tubuh malas tuk berlekas, mata sedih membuka diri. Dipaksa untuk tidak terpejam lagi. Aku turun bis dengan sedikit lunglai. mencoba mengucek mata memancing dia untuk segera bersiaga.

"Berangkat berangkatttt. Bokor bokor. Bandara bandara..." Suara kenek di ujung sudut tampak menggelegar membelalak mata. Memecut diri untuk segera berlari mengejarnya. Seperti biasanya, akupun kembali bergelayutan bagai pangeran hutan nun tampan berbadan tegap berurat kawat, hanya bercelana dalam hingga mengerunjallah sebatang pisang di antara selangkangan bergondal-gandul berkepala gundul penuh riang.

Tibalah di kantorku. Merapih diri. Membilas wajah. Ku pun segera menuju kelas untuk kemudian melelap diri. Ngantuk ini seperti sangat membunuh semangatku.
"Bang ...bang..bangun bang...sebentar lagi kelas mau di mulai ...ayo bangunnn." Aku tersadar tak kala Ratih menggoyah pundakku menyadarkanku dari mimpi. Belum juga lebar mataku terbuka, aku sudah di paksa membelalak tak kala perempuan gendut bermulut duri berludah getah. Muncul melenggok-lenggok memancar aura kehausan untuk menghina mencari mangsa.
Akulah yang bakal di jadikannya sarapan pagi. Sepiring amarah berlauk dengki berkuah caci. Hhmmhhmmm.

"Semua silahkan keluar dari kelas dan berbaris rapih. " Perintah si perempuan itu entah apa yang akan dia lakukan. Kamipun berbaris menjadi satu barisan memanjang ke belakang. Durjana berdiri di depan pintu masuk sambil mendekap tangan terpejam mata. Dan dia meminta semua orang untuk masuk kelas kembali satu persatu bergiliran.
Giliran pertama adalah Imam. Mantan anak pantai yang pernah menjadi tour guide para BULe di Lombok. Pernah menjadi Pramugara Garuda untuk Haji flight. Perlahan dia masuk kelas dan melewati si Perempuan itu.

"Heemmmm....laki banget." Ucap si Perempuan itu tak kala imam sudah memasuki kelas.Giliran kedua adalah Ilma. Wanita paling cantik di kelasku. Tinggi, putih dan sangat mencerminkan wanita mahal.

"Hhhmmmmm...so sexy." kembali si perempuan itu berkomentar sambil terus memejam mata mendekap tubuh. Mematung dan tegap berdiri.
Satu persatu semua bergilir melewati durjana untuk memasuki kelas. Dan satu persatupun durjana mengomentari. Tibalah giliranku. Aku berjalan memasuki ruang kelas dengan melewatinya.

"Stooppppp...bau apa ini? Kok Kaya bau minyak telon.? " Tiba-tiba saja langkahku terhenti ketika si perempuan itu membelalak mata dan memintaku berhenti.

"Ealahhhh ...kamu lagi kamu lagi. Saya dari tadi berdiri di sini ini untuk mencium bau badan kalian. Apakah kalian wangi atau tidak, apakah kalian pakai parfum atau tidak. Semua yang sudah masuk ke ruangan ini sangat wangi. Sangat berkelas tinggi. Pakai parfurm Mahal. Tapi kamu malah bau minyak telon. Kamu mau jadi pramugara atau tukang pijat hah? tampang kucel kaya bangun tidur, rambut acak-acakan, mata merah kaya abis mabok. Pusing saya kalau harus mengatur kamu. Kamu sudah belajar Service Excelent kan? Sudah mengertikan bagaimana menjaga penampilan? Masih saja berantakan. Bau pula".

Ku tarik nafasku dalam menahan sabar atas segala caciannya. Di marahinya aku di depan teman sekelasku tiada jeda. Beruntun bagai tabrakan di Tol cawang .Ya Allah...Apa yang salah dengan diriku ini. Aku juga ingin seperti mereka. Para lelaki Metrosexsual yang selalu gagah, rapih, wangi setiap saat. Aku juga ingin menghargai penampilanku menjadi pribadi yang di senangi. Kutahan airmataku agar tidak berlinang. Trussss kutahan. Ku tabahkan hati agar tidak terlarut mendalam di tempat ini.
"Hiii si Perempuan itu ,andai kamu tahuu, aku hanyalah pemuda yang hanya punya ambisi dan semangat untuk merubah hidup jauh dari kecukupan materi. Setiap hari aku harus berdesakan sesak, bergelantungan di bis ,berteman debu bersimbah keringat. Andai kamu tahu bahwa aku hanya ada uang 15 ribu di dompet usangku.Pernahkan engkau merasakan penderitaan orang yang sedang susah. Hahh!!!!."

Aku melantur dalam hati. Mencoba melawan kesedihanku atas cercaaan perempuan ini. Puas sudah dia menyantap sarapannya. Aku kembali ke tempat duduk . Diam membisu. Merenung sedih. Mengihklas diri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar