BAB 36 : KAOS KAKI KU


Bab 36
KAOS KAKI KU

Pagi-pagi sekali aku sudah mandi dan bersiap untuk bergegas pergi setelah sebelumnya aku di hidangkan semangkuk mie berkepala surban. Emakku mengantarkanku ke tepi jalan menunggu bis yang datang. 

"Le semalam kamu sampe rumah jam 10 malam. Jam 4 pagi kamu sudah bangun dan harus berangkat lagi. Apa kamu tidak letih. kalau tiap hari begini kamu bisa sakit le." Emakku menepuk bahuku dan mengkhawatirkan kesehatanku.
"Doakan saja aku sehat mak. Insyaallah semangatku ini akan membantuku untuk tetap kuat bertahan. Semangat untuk tidak susah lagi.” Jawabku meyakinkan emakku.

Tak lama Bis yang ku tunggupun tiba, segera ku menaikinya. Seperti biasa ku ambil barisan kursi paling belakang. Setelah duduk nyaman, ku ambil buku  tebal bertuliskan Flight Attendant manual itu. Ku coba bedah isinya. Mencoba mengerti apa makna di balik tulisan ini. Aku sangat teramat kesulitan mengartikannya. Ini adalah Bahasa Inggris tingkat tinggi. Kata yang di pakai adalah  istilah khusus dalam dunia penerbangan.

Rules and regulations. Directorate general of civil aviation ( DGAC ). All Indonesian Air Carrier are governed by regulations formulate by directorate general of civil aviation. These regulations commonly referred to as CASR affect every aspect of airlines operations.
Aduhhh ...apa pula ini. Baru membaca lembar pertama sudah  bingung.
According to CASR 121.391 for airplanes having a seating capacity of more than nine but less than 51 passenger - one flight attendants."
Apa itu CASR , apa itu Flight Attendants ...??? Sudah cukup. Lebih baik aku tutup buku ini dan bersantai menikmati perjalanan. Rasa-rasanya kok aku belum siap membedahnya. 

Pagi-pagi sekali aku sudah tiba di kantor itu. Setelah berbenah wajah merapih diri di toilet berlantai hijau bertembok putih, aku segera  memasuki  kelas. Akulah orang pertama yang tiba di ruangan ini. kelas di mulai pukul 8.00 tapi aku sudah tiba pukul 7.00. Di sela kesendirianku kembali ku  bedah buku sakti ini. Lembar per- lembar kucoba memahami.  Aku harus mengerti apa maksud semua tulisan di buku ini. Satu  kalimat ku baca, bermenit sibuk mencari arti di kamus besar yang kumiliki.

Terus ku coba menterjemah kata demi kata. Berpuluh sudah ku mengerti apa yang telah kubingungkan ini. Aku terus bersemangat melakukan ini. Buku sakti terbuka lebar di sebelah kiri, kamus besar terbuka lebar  di sebelah kanan, buku tulis kosong bertempat di tengah diantara dua. Menyalin kembali istilah kata yang sulit di pahami. Pensil tergigit kuat di sela gigi, stabilo hijau tergengam di jemari kiri, sementara tangan kanan sibuk membolak balik lembaran kertas si kamus dan si sakti.

Entah kesurupan setan darimana, aku bagai seorang drakula haus darah, bagai pengembara di tengah gurun bertemu  oasis, tak hanya duduk, aku melakukannya dengan berdiri pula, sangat sibuk penuh tenaga bagai motor berganti oli, kencang berlari enak di tunggangi.
Kulihat sekejap beberapa teman sekelasku telah tiba. Menatap heran penuh pertanyaan. Pagi sekali aku sudah menyibukkan diri dengan belajar sendiri di ruang kelas ini. Entah apa yang ada di pikiran mereka, aku hanya ingin belajar sedari dini.
Kelas sudah mulai ramai, banyak sahabatku yang sudah tiba. Akupun menyudahi kesibukanku. Bersiap mendapatkan  pelajaran baru. Mudah-mudahan aku bisa memahami pelajaran baru nanti.

Waktu belajar sudah mulai, terlihat perempuan itu memasuki ruang kelas dan sepertinya  ingin menyampaikan sebuah pemberitahuan.
"Selamat pagi semuanya.” Di balas  serentak penuh semangat.
“Hari ini kalian akan  belajar Service Excelent. Tolong di pahami baik-baik supaya kalian memiliki Attitude yang baik. Tidak kampungan lagi."
Entah perasaanku saja, tapi ketika mengucap kampungan, pandangan mata itu mengarahku dan sedikit menunjuk wajah tak senang. Aku cuma bisa diam saja.

"Ehhh kamu Priyo, coba maju ke depan." Aku agak terkaget ketika tiba-tiba perempuan itu memanggilku maju ke depan kelas. Akupun segera menuruti perintahnya.

"Kalian dengarkan apa yang saya ucapkan ini. Training Pramugari/Pramugara ini adalah sepenuhnya tanggung jawab saya. Saya tidak mau apa yang sudah menjadi aturan tata terbib di langgar begitu saja."
Si perempuan itu tampak menunjukkan wajah marah dan sangat tidak bersahabat. 

"Priyo, kenapa kamu pakai kaos kaki putih hah?” Kamu lihat teman- temanmu di kelas ini. Semuanya pakai kaos kaki hitam. Kenapa kaos kakimu putih sendiri. Mending kalau warnanya  putih bersih, kaos kaki sudah kumel dekil dan pasti bau sekali itu. Mau jadi pramugara tapi penampilan masih kaya Office Boy.” 

AstagfirAllah. Ternyata ini kesalahanku. Yaah. Aku memang tahu bahwa di buku tata tertib di haruskan memakai kaos kaki hitam. Tapi aku belum sempat ke pasar. Ku coba menjawab tapi Belum sempat aku memberi alasan aku sudah di sanggah dan di suruh duduk kembali. Aku benar-benar tidak menyangka harus  seperti ini.
Dengan gaya sombongnya dia pergi meninggalkan kelas. Akupun kembali ke tempat dudukku di barisan belakang. Ku lihat Syamsul ariff menatapku tanpa arti. Entah apa yang ada di benaknya. Aku tak punya daya untuk menerka. 

Ku pandangi kaos kaki putih yang menjadi penyebab kesalahanku. Aku sadari memang putihnya kaos kaki ini sudah tidak layak di anggap bersih. Aku sungguh  kasihan iba terhadap diriku sendiri. Sedih melihat kaos kakiku ini. Usang gemerudul, warna tak terang, cecabikkan lubang di bagian depan. Hampir bolong besar jempol keluar kandang. Ini adalah kaos kaki sejak bertahun silam. Tak terganti...
Kaos kaki ku ...




"Priyo, kenapa kamu pakai kaos kaki putih hah?” Kamu lihat teman- temanmu di kelas ini. Semuanya pakai kaos kaki hitam. Kenapa kaos kakimu putih sendiri. Mending kalau warnanya  putih bersih, kaos kaki sudah kumel dekil dan pasti bau sekali itu. Mau jadi pramugara tapi penampilan masih kaya Office Boy.”

...Menembus Langit...






Tidak ada komentar:

Posting Komentar